PENYAMARAN SEBAGAI WUJUD KESOPANSANTUNAN MASYARAKAT JAWA
Abstract
Praktik kesantunan untuk menghindari konflik dan ketidaksopanan dalam budaya Jawa terefleksikan dalam pemakaian bahasa di antara masyarakat penuturnya. Dalam reklame makanan, penyamaran dipergunakan untuk memberi label nama resep, nama menu, bahkan nama warung atau kios makanan itu sendiri, misalnya di sini adalah penamaan sate anjing yang dijumpai di dalam kehidupan masyarakat
Jawa. Para penjual sate anjing ini tidak menuliskan dalam papan reklamenya secara jelas dan terang bahwa masakan yang dijualnya berbahan dasar daging anjing. Penamaaannya dilakukan secara tersamar karena prinsip kesopansantunan yang dianut oleh masyarakat Jawa. Latar belakang budaya,
norma, dan tradisi menyebabkan perbedaan penamaan/penyebutan, sehingga sate anjing ini memiliki
sebutan nama khusus yang berpijak pada kearifan budaya masyarakat setempat.Penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dalam bidang sosiolinguistik ini mendasarkan pada tindak kesopansantunan. Data-data tentang penamaan sate anjing ini dikumpulkan dengan mengamati pemberian nama pada papan reklame yang dibentangkan di warung-warung penjual sate tersebut. Data-data itu kemudian dicatat dan kamudian diklasifikasikan sesuai dengan kategori kesamaan dalam penamaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa penyebutan untuk masakan berbahan dasar
daging anjing yang dipergunakan oleh masyarakat Jawa, yaitu dengan peniruan suara, bumbu yang diracik untuk memasak, mitos, pembalikan susunan huruf, dan penyebutan hewan tesebut dalam tingkat tutur tinggi. Dalam penelitian mendatang perlu diteliti penggunaan penyamaran pada moda komunikasi lisan dan pada sistem semiotika yang lain selain reklame, sehingga dapat diperoleh sebuah pemahaman
yang mendalam tentang penamaan menu masakan ini.
Full Text:
UntitledDOI: http://dx.doi.org/10.32497/orbith.v10i1.362
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. View My Stats