PENGEMBANGAN GERABAH TRADISIONAL DI DUSUN KLIPOHBOROBUDUR, MAGELANG

Theresia Tyas Listyani, Sri Widiyati, Edi Wijayanto, Muhammad Rois

Abstract


Perkembangan gerabah mengalami pasang surut karena seiring perkembangan teknologi masyarakat
banyak beralih menggunakan alat-alat modern dan wadah berbahan plastik. Disisi lain dengan masa
pandemi covid ini pengrajin gerabah permintaan meningkat sejalan dengan pesanan dari masyarakat
akan padasan dan tempat cuci tangan, namun pesanan itu hanya sesaat saja. Borobudur adalah sebuah
kawasan wisata yang merupakan masterpiece warisan budaya dunia yang diakui oleh Unesco.
Borobudur tidak hanya terkenal di kalangan wisatawan domestik tetapi juga di kalangan wisatawan
mancanegara. Di dekat Candi Borobudur ada sebuah dusun yang menjadi sentra kerajinan gerabah.
Hampir semua warga di Dusun Nglipoh terampil membuat kerajinan gerabah. Mereka membuat
berbagai bentuk dan ukuran gerabah, dari kecil hingga besar serta aneka wadah, seperti kuali, bokor,
cobek, dan kendil. Namun sebagian dari mereka belum menikmati kesejahteraan dikarenakan
sebagian pengrajin masih tradisional dan berpendidikan rendah sehingga memiliki keterbatasan
dalam mengelola usahanya dan pemasaran gerabahnya. Upaya untuk pengembangan usaha gerabah
Klipoh dengan memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada Mitra tentang kewirausahaan,
administrasi keuangan dan pemasaran. Setelah dilakukan pelatihan kewirausahaan, administrasi
keuangan dan pemasaran melalui diversifikasi menghias produk gerabah, produk gerabah Klipoh
makin terangkat dan nilai jual gerabah meningkat 4 kali lipat dari Rp 5.000- Rp 10.000 menjadi Rp.
20.000- Rp. 50.000. Berdampak pada kawanan wisata gerabah semakin menarik dan pengrajin
gerabah menjadi semakin sejahtera.


Keywords


Gerabah, pengrajin, administrasi Keuangan, diversifikasi, pelatihan.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.